Dosen atau Mahasiswa?

Terkait Faktor Pembuatan Skripsi Mahasiswa

KENDARI - Skripsi merupakan sebuah tugas akhir yang harus dikerjakan bagi setiap mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana di perguruan tinggi. Namun ada sejumlah mahasiswa yang menganggap bahwa skripsi adalah tugas akhir yang sangat sulit diselesaikan, sehingga mereka mencari cara-cara tertentu agar bisa menyelesaikan pembuatan skripsi. Tak ayal, mahasiswa akhirnya rela membayar jutaan rupiah demi sebuah tugas karya ilmiah.

Kejadian seperti ini sudah sering terdengar dikalangan mahasiswa dan dosen tak terkecuali di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Halu Oleo (UHO).

Ketua Program Studi (Prodi) Jurnalistik Jurusan Ilmu Komunikasi, Sirajuddin mengatakan, dalam beberapa tahun ini banyak kasus yang telah terjadi tentang pembuatan skripsi mahasiswa oleh dosen. Bahkan di perguruan tinggi negeri terbesar di Sulawesi Tenggara ini pernah terjadi pembuatan skripsi mahasiswa sebanyak satu ruangan yang dikoordinir Ketua Prodi.

“Salah satu faktor yang menjadi penyebab yaitu kecenderungan dosen yang mempersulit mahasiswa saat dibimbing kemudian dibujuk untuk dibuatkan skripsi,” kata Sirajuddin.

Mantan rektor Akademi Bahasa Asing (ABA) Kendari ini berharap agar pimpinan Universitas dapat memberi sanksi terhadap oknum pembuat skripsi.

“Kami sangat mengharapkan pimpinan bisa tegas memberi sanksi dalam praktek pembuatan skripsi oleh dosen. Kalau perlu diberhentikan dari pekerjaannya, mengingat bahwa setiap dosen memiliki sertifikat professional,” tegasnya.
Salah seorang dosen Ilmu Komunikasi, Jumrana menjelaskan, salah satu faktor penyebab pembuatan skripsi mahasiswa oleh dosen karena mahasiswa tersebut malas. Selain itu, kata Jumrana, proses akademik tidak berjalan dengan baik dan lemahnya kepemimpinan.

“Disinilah lemahnya kepemimpinan di Fakultas, kalau di universitas lain, hal seperti ini sudah dibawah ke senat untuk sidang kode etik,” jelas Jumrana.

“Selama saya pulang dari belajar S2 November 2010, setiap kali saya menguji tidak pernah mendapatkan mahasiswa bimbingan dari salah satu dosen pembimbing yang saya yakini membuatkan skripsi mahasiswa,” tambahnya.

Seorang mahasiswa yang sedang dalam proses penyelesaian skripsi yang tidak ingin disebutkan namanya menjelaskan, saat ini mahasiswa telah dimanjakan perkembangan teknologi, sehingga muncul budaya instan.

“Skripsi itu sebagai suatu karya, bukan sebagai tiket agar kita menjadi seorang sarjana. Ketika kita mengerti bahwa skripsi itu adalah sebuah karya, maka kita pasti berusaha untuk membuatnya tanpa harus dibuatkan orang lain. Namun, jika kita mendefinisikan skripsi itu sebuah tiket, maka kita akan menghalalkan segala cara untuk bisa menyelesaikannya,” katanya. (ini)



Editor: Taya
Sumber: Majalah Komik FISIP - UHO

0 komentar:

Posting Komentar